Assalammu'alaikum Wr.Wb

berbagilah inspirasi dan aspirasi

Senin, 26 September 2016

Apakah Indonesia akan seperti Yunani?

Menurut Harianto& Sudomo dalam Santoso (2005) dari situs website e-journal.uajy.ac.id, Product Domestic Bruto (PDB) adalah indikator ekonomi yang paling sering digunakan untuk menggambarkan kegiatan eknomi secara luas.
Apa yang terjadi oleh Yunani yang dikenal saat ini sebagai negara maju yang bangkrut, melihat indicator krisis yang dialaminya salah satunya dengan rasio utang terhadap PDBnya. Dikutip dari situs website okezone.com bahwa rasio utang Yunani 170% terhadap GDP, sedangkan Indonesia hanya 25% beda jauh yang disampaikan oleh Kiswoyo kepada okezone di Jakarta, Jum’at, 10/07/15. Hal ini dapat diartikan bahwa kondisi Indonesia tidak seperti Yunani. Selama ini, Yunani dapat dikatakan hidup dari hutang karena besarnya total hutang terhadap penghasilan negaranya (GDPnya). Menurut data dari situs website okezone.com bahwa total hutang Yunani mencapai 340 miliar euro atau sebesar Rp 5000 triliun.
Seperti ‘uneg-uneg Sri Mulyani’yang dipublish di situs blog nugroho-sbm.blogspot.com yaitu sebab krisis di Yunani dimulai dengan membesarnya deficit APBN yang ditutup dengan utang yang kian membesar pula. Untuk menutup deficit yang membesar, Yunani berhutang misalnya menjual Surat Utang Negara (SUN). Akibatnya nisbah utang Yunani terhadap PDBnya mencapai 115% (melewati batas standar 60%).
Selain itu, didapat dari situs website wordpress.com bahwa pertumbuhan ekonomi rata-rata Yunani hanya 3% per tahun dan bahkan minus 1,9% pada tahun 2009 (data World Economic Outlook IMF, April 2010). Kondisi Yunani menjadi tambah parah setelah keluar pernyataan resmi dari pemerintahannya mengenai ketidakmampuannya membayar utangnya yang jatuh tempo sebanyak 8,5 miliar Euro pada tanggal 19 Mei 2010, terkecuali jika pemerintah Yunani bisa mendapatkan bantuan dana dari UE dan IMF (Ichsan, 2010).
Ekonom UI, Budi Frensidy (8/7/15) di situs website CNN Indonesia, menjelaskan cadangan devisa Indonesia, menjelaskan cadangan devisa saat ini $108 miliar atau 13% terhadap PDBnya. Idealnya dengan jumlah penduduk yang besar seperti Indonesia, rasio cadangan devisanya terhadap PDB berada di kisaran 30%. Kalau bisa sampai $200 miliar itu sudah cukup aman. Menurut hematpenulis berarti Indonesia masih aman dalam pembayaran atau pelunasan utang-utangnya saat jatuh tempo.
Dari situs website sindonews.com, Willgo mengakui dampak krisis Yunani terhadapa Indonesia kecil, karena bukan mitra dagang utama. Namun, krisis utang negeri itu secara secara tidak langsung ikut menekan bursa saham dan nilai tukar mata uang Indonesia.  Kejatuhan ekonomi Yunani akan mengganggu psikologis investor terhadap Euro. Hal ini berdampak dollar Amerika Serikat semakin menguat terhadap seluruh mata uang di dunia termasuk rupiah.
Data dari sindonews.com bahwa posisi utang Indonesia saat ini mencapai Rp. 2.845,25 triliun atau 24,7% terhadap PDB per Mei 2015. Naik sebesar Rp. 64,28 triliun dari sebelumnya (Jan-Apr 2015) sebesar Rp. 2.780,97 triliun. Rasio utang sekitar 24,7% dari PDB Rp. 11.000triliun.
Kesimpulan dari laporan profil utang pemerintah pusat edisi Maret 2015 yang dipublish di internet bahwa utang pemerintah diperlukan untuk membiayai defisit APBN, penyediaan arus kas jangka pendek dan refinancing utang lama. Meskipun utang nominal mengalami peningkatan, namun rasio utang terhadap PDB cenderung menurun dan saat ini telah mencapai batas aman.

Kesimpulan
Indonesia tidak akan seperti Yunani bila tetap berpedoman jangan lebih besar pasak daripada tiang atau lebih besar pengeluaran daripada pendapatan.
Saran

Indonesia harus tetap menjaga PDBnya agar tetap pada standarnya.