Menurut
Harianto& Sudomo dalam Santoso (2005) dari situs website
e-journal.uajy.ac.id, Product Domestic Bruto (PDB) adalah indikator ekonomi
yang paling sering digunakan untuk menggambarkan kegiatan eknomi secara luas.
Apa yang
terjadi oleh Yunani yang dikenal saat ini sebagai negara maju yang bangkrut,
melihat indicator krisis yang dialaminya salah satunya dengan rasio utang
terhadap PDBnya. Dikutip dari situs website okezone.com bahwa rasio utang
Yunani 170% terhadap GDP, sedangkan Indonesia hanya 25% beda jauh yang
disampaikan oleh Kiswoyo kepada okezone di Jakarta, Jum’at, 10/07/15. Hal ini
dapat diartikan bahwa kondisi Indonesia tidak seperti Yunani. Selama ini,
Yunani dapat dikatakan hidup dari hutang karena besarnya total hutang terhadap
penghasilan negaranya (GDPnya). Menurut data dari situs website okezone.com
bahwa total hutang Yunani mencapai 340 miliar euro atau sebesar Rp 5000
triliun.
Seperti
‘uneg-uneg Sri Mulyani’yang dipublish di situs blog nugroho-sbm.blogspot.com
yaitu sebab krisis di Yunani dimulai dengan membesarnya deficit APBN yang
ditutup dengan utang yang kian membesar pula. Untuk menutup deficit yang
membesar, Yunani berhutang misalnya menjual Surat Utang Negara (SUN). Akibatnya
nisbah utang Yunani terhadap PDBnya mencapai 115% (melewati batas standar 60%).
Selain itu,
didapat dari situs website wordpress.com bahwa pertumbuhan ekonomi rata-rata
Yunani hanya 3% per tahun dan bahkan minus 1,9% pada tahun 2009 (data World
Economic Outlook IMF, April 2010). Kondisi Yunani menjadi tambah parah setelah
keluar pernyataan resmi dari pemerintahannya mengenai ketidakmampuannya
membayar utangnya yang jatuh tempo sebanyak 8,5 miliar Euro pada tanggal 19 Mei
2010, terkecuali jika pemerintah Yunani bisa mendapatkan bantuan dana dari UE
dan IMF (Ichsan, 2010).
Ekonom UI,
Budi Frensidy (8/7/15) di situs website CNN Indonesia, menjelaskan cadangan
devisa Indonesia, menjelaskan cadangan devisa saat ini $108 miliar atau 13%
terhadap PDBnya. Idealnya dengan jumlah penduduk yang besar seperti Indonesia,
rasio cadangan devisanya terhadap PDB berada di kisaran 30%. Kalau bisa sampai
$200 miliar itu sudah cukup aman. Menurut hematpenulis berarti Indonesia masih
aman dalam pembayaran atau pelunasan utang-utangnya saat jatuh tempo.
Dari situs website
sindonews.com, Willgo mengakui dampak krisis Yunani terhadapa Indonesia kecil,
karena bukan mitra dagang utama. Namun, krisis utang negeri itu secara secara
tidak langsung ikut menekan bursa saham dan nilai tukar mata uang Indonesia. Kejatuhan ekonomi Yunani akan mengganggu
psikologis investor terhadap Euro. Hal ini berdampak dollar Amerika Serikat
semakin menguat terhadap seluruh mata uang di dunia termasuk rupiah.
Data dari
sindonews.com bahwa posisi utang Indonesia saat ini mencapai Rp. 2.845,25
triliun atau 24,7% terhadap PDB per Mei 2015. Naik sebesar Rp. 64,28 triliun
dari sebelumnya (Jan-Apr 2015) sebesar Rp. 2.780,97 triliun. Rasio utang
sekitar 24,7% dari PDB Rp. 11.000triliun.
Kesimpulan
dari laporan profil utang pemerintah pusat edisi Maret 2015 yang dipublish di
internet bahwa utang pemerintah diperlukan untuk membiayai defisit APBN,
penyediaan arus kas jangka pendek dan refinancing utang lama. Meskipun utang
nominal mengalami peningkatan, namun rasio utang terhadap PDB cenderung menurun
dan saat ini telah mencapai batas aman.
Kesimpulan
Indonesia
tidak akan seperti Yunani bila tetap berpedoman jangan lebih besar pasak
daripada tiang atau lebih besar pengeluaran daripada pendapatan.
Saran
Indonesia
harus tetap menjaga PDBnya agar tetap pada standarnya.